Kamis, 08 Desember 2016

pembuatan suppositoria paracetamol dengan basis oleum cacao



LABORATORIUM TEKNOLOGI SOLID
JURUSAN FARMASI
POLTEKKES KEMENKES RI MAKASSAR
PRAKTIKUM II
Pembuatan Suppositoria Paracetamol dengan Basis Oleum Cacao
DISUSUN OLEH :
            NAMA           :    Arinil Hidayah                    ( PO.713251141103 )
                                        Finelya BL                          ( PO.713251141113 )
                                        Lulu Qoniah                        ( PO.713251141123 )
                                        Nurhadianty T.                   ( PO.713251141132 )
                                        Risqah Nurul Akhsan         ( PO.713251141140 )
                                        Waode Sri Haryati Putri     ( PO.713251141148 )
            Kelompok/Kelas                     : II/ II.C1
            Hari/Tanggal Praktikum          : Rabu, 06 April 2016


JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MAKASSAR
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Farmasi merupakan sistem pengetahuan yang mengupayakan dan menyelenggrakan jasa kesehatan dengan melibatkan dirinya dalam memperluas,menghasilkan dan mengembangkan pengetahuan tentang obat dalam arti luas serta efek dan pengaruh obat terhadap hewan dan manusia.Dari semua cabang ilmu profesi farmasi bertujuan untuk menetapkan racikan obat yang rasional.Untuk mempelajari cara peracikan obat ini,ditentukan salah satu mata kuliah yang wajib dilingkungan farmasi yaitu teknologi sediaan farmasi,salah satu sediaan yang dipelajari dalam mata kuliah ini adalah suppositoria.
Suppositoria merupakan salah satu bentuk sediaan yang jarang dijumpai di farmasi.Kebanyakan orang lebih memilih obat yang dikonsumsi secara oral karena difikir lebih aman dan praktis.Dibanding dengan sediaan suppositoria yang penggunaannya tidak melalui organ pencernaan.Namun suppositoria memiliki beberapa fungsi yang tidak dimiliki oleh sediaan oral pada umumnya seperti suppositoria tidak dapat dirusak oleh enzim pada sistem pencernaan,suppositoria juga dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat dan pembawa zat terapeutik yang bersifat sistemik.Ketika bahan obat disuntikkan dalam bentuk suppositoria dapat menghasilkan obat terpeutik setelah waktu lama.
Paracetamol merupakn obat yang paling laku dan paling banyak dikonsumsi orang dan menjadi obat yang populer umtul menurunkan suhu tubuh.Selain itu dapat juga digunakan untuk menghilangkan rasa sakit.Penggunaan paracetamol selain peroral sebelumnya dimaksudkan hanya untuk keadaan tertentu,dimana pasien tidak sadar tidak bisa menelan atau sering muntah-muntah.Penggunaan paracetamol melalui rectal pada umumnya dilakukan di RS untuk pembedahan pada bayi.Pada lapran kali ini akan dibahas mengenai pembuatan sediaan suppositoria paracetamol dengan basis oleum cacao.
B.       Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui bagaimana prinsip pembuatan sediaan solid suppositoria
C.      Manfaat Percobaan
Untuk mengetahui bagaimana cara membuat sediaan solid yaitu suppositoria paracetamol dengan basis oleum cacao








BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.      Teori Umum
Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk yang diberikan melalui rektal,vaginal,uretra.Umumnya meleleh,melunak atau melarut pada suhu tubuh (Depkes RI).
Suppositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat sebagai pembawa zat terapeutik yang bersifat lokal dan sistemik.Bhan dasar suppositoria yang digunakan adalah lemak coklat,gliserin tergliserinasi,minyak nabati terhidrogenasi,campuran polietilenglikol berbagai bobot molekul dan ester asam lemak propilenglikol (Depkes RI 1995).
Keuntungan suppositoria (Lachman 2008)
Ø  Dapat menghindari terjadinya iritasi lambung
Ø  Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim  dan asam lambung
Ø  Obat  dapat masuk langsung kedalam saluran darah sehingga obat memilki efek yang lebih cepat dari pada penggunaan oleum cacao sebagai basis.
Ø  Dapat menjadi tengik pada penyimpanan yang lama.
Oleum cacao merupakan trigliserida dari asal oleat,asam stearat,asam folufat,berwarna putih kekuningan,padat seperti cokelat,dan meleleh pada suhu 310-340 C.Karena mudah berbau tengik,harus disimpan dalam wadah sejuk,kering,terlindung dari cahaya (Syamsuni, 2005).
Oleum cacao dapat menimbulkan polimerfisme dari bentuk kristalnya pada pemanasan tinggi.Diatas titik leburnya,oleum caco akan meleleh sempurna seperti minyak dan akan kehilangan inti kristal stabil yang berguna untuk membentuk kristalnya kembali.Bentuk-bentuk kristal oleum cacao adalah bentuk α,bentuk β dan bentuk γ (Syamsuni, 2005)
Lemak coklat akan meleleh pada suhu tubuh dan tidak dicampurkan denhgan cairan tubuh oleh karena itu dapat menghambat difusi obat yang larut dalam lemak pada tempat yang diobati suppositoria dengan bahan dasar lemak coklat dapat dibuat dengan mencampur bahan obat yang dihaluskan kedalam minyak lemak pada suhu kamar dan massa yang dihasilkan dibuat dalam bentuk yang sesuai dengan cara melebur minyak lemak dengan obat debiarkan sampai dingin dedalam cetakan (Syamsuni, 2005).
Paracetamol derivat-asetanilida ini adalah metabolik dan fenasetin yang dahulu banyak digunakan tetapi pada tahun 1978 telah ditarik dari peredaran karena efek sampingnya (nefroksisitas dan karsinogen).Khasiat analgetik dianggap sebagai obat antinyeri dan antipiretika tetapi tidak antiradang.Dewasa ini pada umumnya dianggap sebagai antinyeri yang paling aman juga untuk pengobatan mandiri (DOP, 2015).
Resorpsinya dari usus cepat dan prolitis tuntas,secara rectal lebih lambat pp-nya,Ca 25 % plasma -1 ½-nya 1-4 jam.Antara kadar dan dan efeknya tidak ada hubungan.Dosis untuk nyeri dan demam pada penggunaan rectal yaitu 20 mg/kg setiap kali,dewasa dd 0,5-1 g,anak-anak usia 3-12 bulan:2-3 dd 120 mg,1-4 tahun :2-3 dd 24- mg,4-6 tahun:240 mg dan 7-12 tahun:2-3 dd 0,5 g.
B.       Uraian Bahan
1.      Paracetamol (FI Edisi II hal 37)
Nama resmi             : ACETAMINOPHENUM
Nama lain                : Acetaminofen, Paracetamol.
Rumus molekul       : C8H9NO2
Pemerian                 : Hablur atau serbuk hablur putih,tidak berbau:rasa pahit
 Kelarutan               : Larut dalam 70 bagian air,dalam 7 bagian etanol (95 %) P dalam 13 bagian aseton P,dalam 40 bagian gliserol p dan 9 bagian propilenglikol P.Larut dalam larutan alkali hidroksida.
2.      Cera Flava (FI edisi III hal 40)
Nama resmi             : CERA FLAVA
Nama lain                : Malam kuning
Pemerian                 : Zat padat,coklat kekuningan bau enak seperti madu,agak rapuh jika dingin:menjadi elastic jika hangat dan bekas patahan buram dan berbutir-butir.
Kelarutan                : Praktis tidak larut dalam air,sukar larut dalam etanol, (95 %) p:larut dalam kloroform p:dala eter p hangat dalam minyak lemak dan minyak atsiri.
Penyimpanan           : Dalam wadah tertutup baik
K/P                          : Zat tambahan
3.      Oleum Cacao
Nama resmi             : OLEUM CACAO
Nama Lain              : Lemak coklat
Pemerian                 : Lemak padat,putih kekuningan,bau khas aromatic, rasa khas lemak:agak rapuh.
Kelarutan                : Sukar larut dalam etanol (95 %):mudah larut dalam kloroform p: dalam eter p dan dalam eter minyak tanah p.
K/P                          : Zat tambahan













BAB III
METODE KERJA
A.      Alat dan Bahan
1.      Alat yang digunakan
a.       Batang pengaduk
b.      Cawan porselin
c.       Cetakan suppositoria
d.      Gelas arloji
e.       Kulkas
f.       Penangas air
g.      Sendok porselin
h.      Timbangan analitik
2.      Bahan yang digunakan
a.       Cera flava
b.      Oleum cacao
c.       Paracetamol
B.       Perhitungan
1.      Menggunakan metode paddock/density faktor
·         Berat normal suppo          : 8 x 3,92 g                  = 31,36 g
·         Paracetamol                      : 8 x 250 mg                = 2 g
·         Nilai tukar paracetamol    :                            = 1,84 g
·         Basis                                 : 31,36 g - 1,84 g         = 29,52 g
Cera flava                    : 5 % X 29,52 g           = 1,476 g
Ol.Cacao                     : 29,52 g -1,476 g        = 28,044 g
2.      Menggunakan metode nilai tukar
·         Berat normal suppo          : 8 x 3,92 g                  = 31,36 g
·         Paracetamol                      : 8 x 250 mg                = 2 g
·         Nilai tukar paracetamol    : 2 g x 0,921 g             = 1,84 g
·         Basis                                 : 31,36 g -1,84 g          = 29,52 g
Cera flava                    : 5 % X 29,52 g           = 1,476 g
Ol.Cacao                     : 29,52 g - 1,476 g       = 28,044 g
C.      Cara Kerja
1.      Disiapkan alat dan bahan.
2.      Ditimbang paracetamol 2 g ditambahkan 1/3 oleum cacao lalu digerus ad homogen.
3.      Ditimbang 1,476 cera flava lalu Dilebur diatas penangas setelah lebur ditambahkan 2/3 oleum cacao diaduk ad homogen. (campuran II)
4.      Diturunkan campuan II dari penangas lalu ditambahkan campuran I aduk ad homogen, selagi masih mencair dimasukkan kedalam 1 buah cetakan.
5.      Dinginkan,diratakan,lalu dikemas.






BAB IV
PEMBAHASAN
A.      Data Pengamatan
Suppo yang dibuat
Suppo yang jadi
Berat 8 suppo
Berat tiap suppo
Penyimapangan
10 Suppo
8 Suppo
31,36
3,94
0,51 %
3,90
0,51 %
3,94
0,51 %
3,90
0,51 %
3,90
0,51 %
3,90
0,51 %
3,91
0,25 %
3,34
0,51 %

B.       Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami akan membuat sediaan solid yaitu suppositoria menggunakan basis oleum cacao. Adapun bahan obat yang digunakan adalah paracetamol.Suppositoria ini digunakan untuk rektal sebagai obat penuru demam jika penggunaan secara oral tidak memungkinkan.Adapun jumlah suppositoria yang seharusnya berjumlah 10 suppo. Yang akan dikemas adalah 8 suppo. 2 suppo lainnya adalah cadangan.
Bahan-bahan yang digunakna adalah paracetamol 2 g sebagai bahan obat (zat aktif).Oleum cacao 28,04 g sebagi basis.Jumlah ini diperoleh dari pengurangan nilai tukar paracetsmol yang diperoleh dari praktikum sebelumnya. Bahn tambahan yang digunakan adalah cera flava.Penambahan cera flava dikarenakan oleum cacao relatif mempunyai titk lebur yang dibawah suhu lingkungan,maka untuk menaikkan titik leburnya dapat ditambahkan cera flava (4 %-6 %) tetapi penambahan bahan pengeras tidak boleh berlebihan,sehingga mengganggu pelehan suppositoria tersebut.Pada praktikum kali ini diguanakn cera flava sebanyak  5 % dari basis.
Pada pengerjaan suppositoria kali ini pertama-tama semua bahan ditimbang pada timbangan analitik.Basis yang ditimbang dibgi menjadi 3 bagian,cera flava yang ditimbang langsung dilebur diatas penangas air,karena peleburannya memakan waktu yang cukup lama.Disisi lain paracetamol digerus halus terlebih dahulu dalam lumping kemudian ditambahkan basis oleum cacao sebesar 1/3 bagian,digerus sampai homogeny.Setelah cera flava dilebur campuan paracetamol dan oleum cacao tadi dicampurkan kedalamnya hingga lebur,sesekali diselingi dengan adukan agar semua bahan tercampur rata. Cetakan suppositoria yang telah diolesi dengan paraffin liquid sebelumnya kemuadian disiapkan didekat penangas.
Setelah semua bahan melebur di cawan,maka dapat langsung dituang dari penangas dan ditambahkan 2/3 oleum cacao sampai melebur. Pada saat penambahan tersebut,ternyata keleburannya sedikit lama sehingga bahan yang telah lebur sebelumnya menjadi keras atau  beku kembali. Maka dari itu cawan tersebut kembali diletakkan diatas penangas air sampai semua bahan melebur setelah melebur, massa suppo diisi kedalam cetakan hingga menggunung. Hal ini  dilakukan agar tidak menimbulkan lubang pada saat pembekuan.
Setelah semuanya diisi (8 lubang),cetakan yang diisi diratakan dengan cutter lalu suppositoria yang tidak memiliki  lubang dimasukkan kedalam kulkas sampai membeku.Setelah membeku, dikeluarkan lalu ditimbang beratnya kemuadian dibungkus dengan aluminium foil dan siap untuk dikemas.
Alasan pemilihan oleum cacao dibuat dalam bentuk suppositoria ditujukan untuk melebur pada suhu tubuh. Karena oleum dibuat sebagai bahan dasar suppo yang ditambahkan  zat aktif. Jadi titik leburnya akan menjadi 300-370. Obat yang larut dalam air akan dicampurkan dengan oleum cacao pada umumnya memberi hasil pelepasan yang baik.
Tujuan  suppositoria paracetamol dengan basis oleum cacao yaitu untuk menurunkan panas dan meredakan rasa nyeri pada keadaan dimana pemberian secara oral tidak memungkinkan.








BAB V
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan,diperoleh hasil suppositoria yang bulat sebanyak 8 suppositoria menggunakan basis oleum cacao dan bahan aktif paracetamol.Digunakan sebgai antipiretik keika penggunaan oral tidak memungkinkan.
B.       Saran
Sebaiknya praktikan memperhatikan ketersediaan dan kelengkapan alat dan bahan yang akan digunakan sebelum melaksanakan percobaan.Juga lebih menguasai materi praktikum sehingga praktikum berjalan dengan baik.












DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta.

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta

Lachman,Leon. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri Jilid II. Jakarta; Universitas Indonesia Press

Syamsuni,A. 2005. Ilmu Resep. Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Tjay,T.H,dkk. 2005. Obat-obat Penting Edisi VI Cetakan ke-9. Jakarta; PT Gramedia.

















LAMPIRAN
·           Berat suppo keseluruhan = 31,36 g
·           Berat rata-rata suppo        = 3,92 g
Penyimpangan = X 100 %

1.        Berat suppo 1= 3,94 g
Penyimpangan      =  x100 %
=  x100 % = 0,51 %
2.        Berat suppo II = 3,90 g
Penyimpangan      =  x 100 %
=  x 100% = 0,51 %
3.        Berat suppo III = 3,94
Penyimpangan      =  x 100 %
=  x 100 % = 0,51 %
4.        Berat suppo IV = 3,90 g
Penyimpangan      =  x 100 %            
=  x 100 % = 0,51 %
5.        Berat suppo V = 3,90 g
Penyimpangan      =  x 100 %
= x 100 % = 0,51 %
6.        Berat suppo VI = 3,90 g
Penyimpangan      =  x 100 %
= x 100 % = 0,51 %
7.        Berat suppo VII = 3,90 g
Penyimpangan      =  x 100%
= x 100% = 0,51 %
8.        Berat suppo VIII = 3,94
Penyimpangan      =  x 100%
=  x 100% = 0,51 %